Bedanya Kecewa dan Marah, Kecewa Tak Selalu Marah lho



MyPsikologi - Pernahkah kamu ditanya : kamu kecewa ya? Lalu bagaimana jawabanmu? Kadang membingungkan kan?
Mau dijawab iya, takut disangka kok gampang kecewa sih, takut orang lain jaga jarak dengan kita.

Namun mau dijawab tidak, tak bisa dipungkiri kalau hati lagi bergemuruh dan itu emang sebuah kekecewaan.

Eits... mungkin kalian selama ini masih menyamakan antara kecewa dan marah. Padahal berbeda lho.

Kecewa

Suatu saat kamu janjian bertemu dengan seseorang jam 9 pagi di sebuah kafe, di sisi lain banyak juga agenda yang harus kamu selesaikan.

Kamu sudah datang tepat waktu, namun dia datang satu jam kemudian. Kamu menunggu selama 1 jam. Dongkol gak?

Pasti kamu kecewa, kok gak konskwen banget sih sama waktu. Kok gak menghargai banget sih sampai datang terlambat?

Yups. Gak perlu dipungkiri, itu namanya kecewa. Kecewa itu refleksi alamiah dalam diri kita yang gak bisa diatur.

Jadi jangan lagi bertanya, kamu kecewa ya? Itu sama kayak kamu bertanya sama orang yang tangannya baru kegores pisau, berdarah dan dia meringis kesakitan, sakit ya?

Ya pasti sakit kan? Pertanyaan itu sekadar konfirmasi yang sebenarnya udah tau jawabannya.

Marah

Nah, terus marah itu yang seperti apa?

Oke, setelah kamu tahu temanmu terlambat. Apa reaksi kamu, memaki dia karena terlambat, atau tersenyum kecut dan melanjutkan hal yang akan kalian bahas?

Ya, marah itu reaksi atas kekecewaan. Bisa saja kamu kecewa, namun tetap cool dan slow down, tidak bersikap reaksioner. Padahal sama-sama kecewa.

Jadi, marah itu bisa dikendalikan, bisa diatur, bisa didialogkan. Marah itu ekspresi dan reaksi atas rasa kecewa.

Ekspresi Kecewa

Namun apakah kecewa selalu diekspresikan dengan marah? Ternyata tidak lho.

Marah adalah reaksi kilat, bentuknya bisa berbicara dengan nada tinggi, mencaci dengan kata-kata kotor, melampiaskan dengan mendobrak meja, membanting barang hingga penyerangan secara fisik.

Bagi sebagian orang, ekspresi kecewa bisa ditunjukkan dengan senyum kecut, tetap santai dan menunjukkan semuanya baik-baik saja. 

Sekilas terlihat baik-baik saja memang, namun perlahan ada kepercayaan yang luntur. Mereka masih saling bertemu, berbincang namun sebatas sebagai kenalan dan tidak ada kekhususan terutama dalam hal pekerjaan.

Ekspresi kecewa yang cukup parah adalah sikap diam. Ini adalah ekspresi yang nyaris paripurna karena dia sudah malas bersinggungan dengan sesuatu yang pernah membuatnya kecewa.

Ekspresi paling paripurna adalah rasa tidak peduli. Dia sudah menghapusnya sebagai bagian dari hidup.

Kecewa sebagai luka batin

Benarkah kecewa sebagai luka batin? Sebagai suatu yang tidak bisa dikendalikan, itu tidak bisa disebut luka batin, apalagi jika sudah pada level diam dan tidak peduli.

Biasanya, kecewa yang diekspresikan dengan kemarahan lah yang menyisakan penyesalan mendalam.

Karena kecewa kita membentak orang, mencaci maki bahkan melakukan serangan fisik.

Sekalipun ada semacam pembenaran kita melakukan itu, namun tetap akan muncul penyesalan karena telah berbuat buruk.

Maka agama mengajarkan untuk mengendalikan emosi, salah satunya marah. Karena kecewa adalah sesuatu yang datang secara alami.

Mengelola rasa kecewa

Siapapun pasti mengalami rasa kecewa dalam hidupnya, mulai dari hal terkecil. Kecewa bukan hal yang bisa dihindari.

Namun bagaimana sikap kita ketika merasa kecewa?

1. Tetap tenang

Coba lakukan dialog, apa dan kenapa bisa terjadi seperti ini? Misal seperti kasus datang terlambat di atas, coba tetap tenang dan dialogkan dulu kenapa bisa terlambat? Sebelum akhirnya menyimpulkan.

Jika karena ada faktor yang bisa dipahami, tentu kita harus menyadari bahwa kadang-kadang manusia mendapat halangan yang tak disangka-sangka.

Namun jika karena khilaf seperti keasyikan main game atau ketiduran, yang bersangkutan sendiri lah yang akan merasa bersalah.

2. Ujian batin

Coba tenangkan diri dulu menghadapi banyak kondisi yang mengecewakan kita. Anggap sebagai ujian batin. Meskipun terasa berat.

Tuhan sedang menguji ketahanan batin kita dengan menerima kekecewaan demi kekecewaan, agar kita lebih banyak belajar dan tak melakukan itu pada orang lain.

3. Ekspresikan dengan hal positif

Kecewa bisa diekspresikan dengan hal positif kok. Seperti apa? Bernyanyi, menulis puisi, menggambar atau mencari tempat sunyi dan berteriak sejadi-jadinya.

Jangan di tahan, lepaskan, ekspresikan tanpa melukai orang lain. Karena keahlian dan seni diciptakan Tuhan salah satunya sebagai bentuk ekspresi hidup, salah satunya ekspresi kecewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar