Kenapa Selingkuhan Lebih Jelek dari Pasangan Sah?
Dalam banyak kasus perselingkuhan, sering muncul pertanyaan yang cukup membingungkan: mengapa selingkuhan tidak lebih menarik secara fisik dibandingkan pasangan sah?
Bukankah logikanya seseorang berselingkuh karena menemukan sosok yang lebih baik, lebih menarik, atau lebih memikat? Namun kenyataannya, banyak perselingkuhan justru melibatkan orang yang secara objektif tidak lebih "good looking".
Apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandang psikologi?
1. Sekadar Pelampiasan Sesaat
Salah satu alasan utama seseorang berselingkuh adalah karena dorongan emosi sesaat. Pelaku tidak selalu mencari seseorang yang lebih cantik, tampan, atau unggul dalam segala hal dari pasangannya.
Selingkuh sering kali hanyalah bentuk pelampiasan emosi: stres, marah, kecewa, atau kebutuhan yang tidak terpenuhi secara emosional maupun seksual.
Dalam kondisi seperti ini, keputusan yang diambil cenderung impulsif, tidak logis, dan tidak mempertimbangkan kualitas jangka panjang. Karena itu, penampilan fisik bukanlah faktor utama.
2. Untuk Mengatasi Kebosanan
Hubungan jangka panjang tak jarang menghadirkan kebosanan. Rutinitas, kesibukan, dan kurangnya keintiman emosional bisa membuat hubungan menjadi datar.
Dalam kondisi ini, seseorang mungkin tergoda untuk mencari excitement dari luar. Namun perlu dipahami bahwa kebosanan bukan berarti cinta telah hilang, melainkan sinyal bahwa hubungan butuh disegarkan.
Selingkuh sebagai pelarian dari kebosanan justru menunjukkan bahwa yang dicari bukanlah sosok yang lebih baik, tetapi suasana yang berbeda. Itulah mengapa selingkuhan tak selalu lebih menarik—karena mereka bukan solusi, hanya pengalih.
3. Tidak untuk Dipublikasikan
Berbeda dengan pasangan sah yang dibanggakan di depan publik, selingkuhan adalah hubungan yang disembunyikan. Karena tidak perlu "dijual" secara sosial, banyak pelaku perselingkuhan tidak merasa perlu memilih selingkuhan yang lebih menarik dari pasangannya.
Hubungan ini dijalani secara diam-diam, tanpa tekanan sosial untuk tampil "serasi" atau "ideal". Bahkan, dalam beberapa kasus, pelaku secara tidak sadar memilih selingkuhan yang justru tidak akan mengancam posisi pasangan sahnya—karena dianggap tidak sebanding.
Kenikmatan Sesaat yang Merusak Segalanya
Secara psikologis, perselingkuhan umumnya didorong oleh kebutuhan emosional atau fisik yang tidak dipenuhi, namun jalan pintas ini justru membawa konsekuensi yang berat.
Kebahagiaan yang diperoleh dari selingkuh bersifat sementara, bahkan ilusi belaka. Dampak jangka panjangnya bisa merusak kepercayaan, harga diri pasangan, kestabilan keluarga, dan tentu saja, reputasi diri sendiri.
Pada akhirnya, pelaku sering menyadari bahwa apa yang dikejar hanyalah kenikmatan sesaat yang tidak sebanding dengan kehancuran yang ditimbulkan.
***
Selingkuhan yang tidak lebih good looking dari pasangan sah mengungkapkan fakta penting: perselingkuhan bukan soal fisik, tapi soal kondisi batin yang rapuh dan kebutuhan yang tak tersampaikan.
Solusinya bukan mencari orang ketiga, melainkan membangun komunikasi yang jujur, memperbaiki kedekatan emosional, dan menyadari bahwa hubungan yang sehat butuh dirawat—bukan diganti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar