Dunia psikologi modern tak lepas dari pengaruh dua tokoh besar, Sigmund Freud dan Alfred Adler.
Meski awalnya bekerja sama dalam Vienna Psychoanalytic Society, perbedaan mendasar dalam pandangan mereka tentang manusia dan perilaku psikologis menyebabkan perpecahan yang besar.
Freud dikenal sebagai pendiri psikoanalisis, sementara Adler menciptakan pendekatan yang dikenal sebagai Individual Psychology.
Artikel ini membahas perbedaan utama antara dua pemikir besar ini.
Fokus Utama: Seksualitas vs Hubungan Sosial
Sigmund Freud mendasarkan teorinya pada keyakinan bahwa perilaku manusia didorong oleh dorongan seksual dan agresi yang muncul dari bawah sadar.
Ia menekankan konflik antara id (dorongan dasar), ego (kesadaran), dan superego (moralitas).
Freud percaya bahwa banyak gangguan psikologis disebabkan oleh represi seksual di masa kecil.
Sebaliknya, Alfred Adler menolak pandangan bahwa seksualitas adalah pendorong utama perilaku manusia.
Ia percaya bahwa hubungan sosial dan perjuangan untuk mencapai tujuan lebih penting.
Konsep Adler tentang social interest menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang secara alami memiliki kebutuhan untuk berkontribusi kepada komunitas mereka.
Sebagai contoh, Freud mungkin menginterpretasikan kecemasan seseorang sebagai akibat represi keinginan seksual masa kecil.
Adler, di sisi lain, akan melihat kecemasan tersebut sebagai hasil dari kurangnya rasa keterhubungan sosial atau perasaan inferioritas yang belum diatasi.
Inferiority Complex vs Konflik Bawah Sadar
Freud memperkenalkan gagasan bahwa konflik bawah sadar, terutama yang berkaitan dengan pengalaman masa kecil, adalah penyebab utama masalah psikologis. Ia menggunakan metode seperti analisis mimpi untuk menggali konflik ini.
Adler, di sisi lain, mengembangkan konsep inferiority complex atau kompleks inferioritas.
Ia berpendapat bahwa semua manusia merasa inferior pada tahap tertentu, terutama selama masa kecil ketika mereka merasa lemah dan bergantung pada orang lain.
Perjuangan untuk mengatasi perasaan inferior ini menjadi pendorong utama perkembangan pribadi.
Namun, jika seseorang gagal mengatasinya, mereka bisa mengembangkan kompleks inferioritas atau bahkan kompleks superioritas (berusaha terlalu keras untuk merasa lebih baik dari orang lain).
Misalnya, jika seorang anak merasa kurang dihargai dibandingkan saudara kandungnya, Freud mungkin mengaitkan hal ini dengan trauma masa kecil yang belum terselesaikan.
Adler, sebaliknya, akan melihatnya sebagai dorongan untuk membuktikan dirinya dalam masyarakat.
Pandangan tentang Manusia: Pesimistis vs Optimistis
Freud cenderung memandang manusia sebagai korban konflik bawah sadar yang sulit diubah tanpa intervensi psikoanalisis mendalam.
Ia melihat manusia sebagai makhluk yang didorong oleh dorongan primitif dan sering kali terjebak dalam ketegangan antara keinginan pribadi dan norma sosial.
Adler, di sisi lain, memiliki pandangan yang lebih optimistis. Ia percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berubah, berkembang, dan membentuk hidup mereka sendiri.
Menurut Adler, dengan memahami tujuan hidup dan membangun hubungan sosial yang sehat, seseorang dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan.
Dampak pada Dunia Psikologi
Perpecahan antara Freud dan Adler mencerminkan dua pendekatan yang berbeda dalam memahami manusia: satu yang fokus pada konflik intrapsikis dan yang lain pada hubungan sosial.
Meski pandangan mereka bertentangan, keduanya memberikan kontribusi besar pada psikologi modern.
Psikoanalisis Freud membuka jalan bagi pemahaman mendalam tentang alam bawah sadar, sementara Individual Psychology Adler menawarkan pandangan yang lebih holistik dan praktis.
Hari ini, teori Freud banyak diaplikasikan dalam terapi psikoanalisis, sementara pendekatan Adler diterapkan dalam psikoterapi, pendidikan, dan parenting.
Perbedaan ini menunjukkan bagaimana dua perspektif yang berlawanan dapat saling melengkapi dalam memahami kompleksitas manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar