5 Hal yang Harus Kamu Lakukan Ketika Akan Melamar Kerja


Melamar kerja sering kali menjadi momen yang menegangkan. Tidak sedikit orang merasa cemas, takut gagal, atau bahkan minder sebelum mengirimkan berkas lamaran. 

Namun sebenarnya, kunci keberhasilan bukan hanya pada seberapa bagus CV kamu, tetapi pada kesiapan mental dan strategi psikologis yang kamu bangun. 

Berikut beberapa hal penting yang perlu kamu lakukan sebelum melamar kerja agar peluang diterima semakin besar.

1. Cek Persyaratan dan Sesuaikan dengan Kualifikasi Kamu

Langkah pertama yang sering diremehkan adalah membaca dan memahami persyaratan lowongan kerja dengan cermat. 

Secara psikologis, ini penting karena membantu kamu menilai kecocokan antara kemampuan diri dan ekspektasi perusahaan

Dalam teori Person–Job Fit (Kristof-Brown, 2005), kesesuaian antara karakteristik individu dan tuntutan pekerjaan akan meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja di kemudian hari.

Jangan tergesa mengirim lamaran hanya karena posisi terlihat menarik. Bandingkan kualifikasi kamu—pendidikan, pengalaman, maupun keahlian—dengan yang dibutuhkan. 

Jika ada gap, jangan minder. Kamu bisa menutupinya dengan menonjolkan kelebihan lain seperti kemampuan komunikasi, kecepatan belajar, atau inisiatif kerja.

2. Pelajari Profil Lembaga atau Perusahaan

Sebelum melamar, luangkan waktu untuk mengenal lembaga atau perusahaan secara mendalam. 

Ketahui bidang usaha, visi-misi, nilai budaya kerja, dan prestasi yang mereka raih.

Menurut teori Expectancy Theory dari Victor Vroom, seseorang akan termotivasi bekerja lebih baik jika mereka memahami dan percaya pada tujuan lembaga tempat mereka bekerja. 

Dengan mengenali perusahaan, kamu bukan hanya lebih siap saat wawancara, tapi juga bisa menilai apakah lingkungan tersebut cocok dengan nilai-nilai pribadimu.

Selain itu, pemahaman yang baik terhadap perusahaan juga menunjukkan kamu serius dan berkomitmen. 

Pewawancara bisa langsung menangkap energi positif dari kandidat yang sudah mempersiapkan diri dengan baik.

3. Cek Review di Google Maps Sebagai Bahan Interview

Sekilas terlihat sepele, tapi membaca ulasan di Google Maps atau platform review kerja seperti Glassdoor bisa jadi sumber informasi berharga. 

Dari sana, kamu bisa mengetahui reputasi perusahaan, budaya kerja, atau pengalaman karyawan sebelumnya.

Dari sisi psikologi sosial, ini termasuk proses social learning—belajar dari pengalaman orang lain untuk membentuk ekspektasi dan strategi pribadi. 

Saat wawancara, kamu bisa menunjukkan pengetahuan ini dengan bijak, misalnya, “Saya membaca banyak ulasan positif tentang lingkungan kerja yang kolaboratif di sini, dan saya rasa itu cocok dengan gaya kerja saya.”

Pernyataan sederhana seperti itu memberi kesan bahwa kamu aktif mencari tahu dan memiliki critical thinking yang matang.

4. Buat Konsep Apa yang Didapat Perusahaan Jika Merekrut Kamu

Banyak pelamar fokus pada pertanyaan, “Apa yang akan saya dapat jika diterima bekerja?” Padahal, yang lebih penting adalah membalik pertanyaan itu: “Apa yang akan perusahaan dapatkan jika mereka merekrut saya?”

Ini berkaitan dengan konsep self-efficacy dari Albert Bandura—keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk memberikan hasil. 

Kandidat dengan self-efficacy tinggi biasanya lebih percaya diri, solutif, dan mampu menunjukkan nilai tambah mereka secara konkret.

Sebelum melamar, buat daftar kontribusi potensial yang bisa kamu berikan: apakah kamu bisa meningkatkan produktivitas, memperkuat tim, atau membawa ide kreatif baru? Saat wawancara, sampaikan dengan kalimat lugas, tidak berlebihan, dan tetap realistis.

5. Pastikan Kamu Tidak Hanya Sekadar Bekerja, Tapi Juga Menjadi Support System

Terakhir, pahami bahwa perusahaan tidak hanya mencari pekerja yang kompeten, tapi juga rekan kerja yang mendukung suasana positif di tim.

Menurut teori Organizational Citizenship Behavior (OCB), karyawan yang bersedia membantu rekan kerja, menjaga harmoni, dan berinisiatif tanpa diminta akan berkontribusi besar terhadap keberhasilan organisasi. 

Jadi, saat melamar, tunjukkan bahwa kamu bukan hanya individu produktif, tetapi juga siap menjadi bagian dari sistem pendukung lembaga.

Kamu bisa menyampaikan hal ini dengan kalimat seperti, “Saya percaya keberhasilan lembaga berasal dari kerja sama tim, dan saya ingin menjadi bagian dari energi positif itu.”

***

Melamar kerja bukan sekadar mengirim CV dan menunggu panggilan. Ini tentang memahami diri, mempersiapkan mental, dan membangun strategi psikologis agar kamu tampil percaya diri dan relevan. 

Semakin kamu mengenali siapa dirimu dan apa yang bisa kamu tawarkan, semakin besar peluang kamu untuk diterima—bukan hanya sebagai pekerja, tapi sebagai aset berharga bagi lembaga tersebut.

Jadi, sebelum klik “kirim lamaran”, pastikan kamu sudah menyiapkan diri bukan hanya dengan dokumen, tapi juga dengan mindset yang matang.

Tags:
Karir
Link copied to clipboard.